Posted by media itsar | Posted in SMP 11 (Kamus 11)
Bagaimana caranya agar ilmu yang kita peroleh dapat membuka pintu hati? Nah, ada cerita nih sahabat. Dulu, Imam Syafi’i semasa menjadi santri pernah mengeluh kepada gurunya, ”Wahai, Guru. Mengapa ilmu yang sedang kukaji ini susah sekali memahaminya dan bahkan cepat lupa?” Sang guru menjawab, ”Ilmu itu ibarat cahaya. Ia hanya dapat menerangi gelas yang bening dan bersih.”
Artinya, ilmu itu tidak dapat menerangi hati yang keruh dan banyak maksiatnya. Sekiranya hati kita bening dan bersih, maka cahaya itu pun akan mudah tuk meluas dalam dada kita, dan hidup ini benar2 akan terasa indah, nyaman, lapang, dan tenteram.
Nah, karenanya dibutuhkan sebuah ilmu untuk membersihkan hati kita. Katakanlah ilmu ini sebagai ‘ilmu pembersih hati’. Sebenarnya ilmu yang bagaimana sih yang bermanfaat itu? Secara syariat, suatu ilmu disebut bermanfaat apabila mengandung maslahat–memiliki nilai2 kebaikan bagi sesama manusia ataupun alam. Dan jika ilmu ini tidak membuat kita semakin merasakan kedekatan dengan Allah, maka manfaat yang kita dapatkan adalah kecil. Mungkin ilmunya mengangkatkan derajatnya di mata manusia. Tapi di mata Allah? Belum tentu.
Seorang ahli hikmah mengatakan, ”Ilmu yang berguna ialah yang meluas dalam dada sinar cahayanya dan membuka penutup hati.” Imam Malik bin Anas radhiyallahu ‘anhu berkata, ”Yang bernama ilmu itu bukanlah kepandaian atau banyak meriwayatkan (sesuatu), melainkan hanyalah nuur yang diturunkan Allah ke dalam hati manusia. Adapun bergunanya ilmu itu adalah untuk mendekatkan manusia kepada Allah dan menjauhkannya kesombongan diri.” Oleh karena itulah, seharusnya semakin kita berilmu semakin tunduklah kita kepada Allah, seperti ilmu padi, ”Semakin tumbuh semakin merunduk.”
Firman Allah,”Katakanlah, ’Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menuliskan) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (dituliskan) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)’,” (QS Al-Kahfi [18]: 109)
“Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS Al-Luqman [31]: 27)
Sungguh terhadap ilmu-Nya tak akan pernah ada satu makhluk di jagat raya ini yang bisa mengukur Maha Luas nya ilmu Allah.
Ilmu yang dititipkan kepada manusia mungkin tak lebih dari setitik air di tengah samudra luas. Namun demikian, barangsiapa yang dikaruniai ilmu oleh Allah, yang dengan ilmu itu ia bertambah dekat dan kian takut kepada-Nya, niscaya “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat” (QS Al-Mujaadilah [58]: 11). Dan janji Allah itu tak akan pernah meleset sedikit pun.
Ilmu yang paling barakah adalah ilmu yang ketika kita mengkajinya bisa membuat kita semakin takut kepada Allah. Sepanjang kita menuntut itu benar dan jelas niat juga caranya, niscaya kita akan mendapatkan manfaat darinya.
Berikutnya, kita akan kaji bersama bagaimana caranya agar ilmu yang kita peroleh dapat meluas dalam dada serta membuka penutup hati. Imam Syafi’i semasa menjadi santri pernah mengeluh kepada gurunya, ”Wahai, Guru. Mengapa ilmu yang sedang kukaji ini susah sekali memahaminya dan bahkan cepat lupa?” Sang guru menjawab, ”Ilmu itu ibarat cahaya. Ia hanya dapat menerangi gelas yang bening dan bersih.” Artinya, ilmu itu tidak dapat menerangi hati yang keruh dan banyak maksiatnya.
Makanya, jangan heran sahabat kalau ada orang2 yang rajin mendatangi banyak majelis ta’lim dan pengajian, tapi akhlak serta perilakunya masih buruk. Itu karena hatinya tak dapat terterangi oleh ilmu. Laksana air kopi yang kental dalam gelas yang kotor. Diterangi dengan sinar apapun, sinarnya tidak akan bisa menembus dan menerangi isi gelas. Begitulah kita jika sudah rakus serta tamak terhadap segala yang berbau duniawi dan gemar berbuat maksiat. Ilmu pun tak akan mampu menerangi hati kita.
Hati yang bersih adalah hati yang terbebas dari ketamakan terhadap urusan duniawi dan tidak pernah digunakan untuk menzhalimi sesama.
Semakin hati bersih, semakin dipekakan pula hati ini oleh Allah untuk mendapatkan ilmu2 yang bermanfaat, dan kita pun akan diberi kesanggupan untuk menolak segala sesuatu yang membawa mudharat.
Sebaik-baik ilmu adalah yang bisa membuat hati kita bercahaya. Karenanya, kita wajib mencari ilmu yang membuat hati menjadi bersih, sehingga ilmu2 yang lain (yang terdapat dalam dada kita) menjadi bermanfaat.
(Disadur dari buku ‘Bening Hati’ karya KH Abdullah Gymnastiar & Basyar Isya)
*tolong jangan di-like. Tapi untuk comment, kritik, pesan dan saran.. silahkan
Comments (0)
Posting Komentar
Berikan komentar anda disini JIKA Facebook Comment System tidak bekerja sebagaimana mestinya. Pada pilihan [Beri komentar sebagai] Pilih "Name/Url" jika ingin berkomentar dengan mencantumkan nama anda.