Posted by media itsar | Posted in SMP 2 (KRM MIftahul Huda)
Ijime Nante Kowakunai, Datte Muslim damon
"Diledekin sih ngga takut, Aku kan Muslim..."
Begitu kira-kira arti dari judul di atas. Kalimat yang terlontar dari
salah seorang anak didik saya. Gadis muslim kecil blasteran
Jepang-Pakistan, berusia belum lagi genap 6 tahun saat itu. Kalimat yang
kadang membuat hati saya mengharu biru, dengan mata berkaca-kaca jika
mengingatnya.
Sembilan orang gadis kecil yang saat ini ada dalam didikan saya.
Bersama-sama belajar tentang Islam, dalam lingkungan Sekolah Qur`an yang
bernama "International Islamiah School Otsuka-Kindergarden."
Taman kanak-kanak Islam pertama di Jepang, yang baru berdiri resmi
sekitar 5 tahunan ke belakang. Kurikulum yang di ajarkan, tak jauh
berbeda dari kurikulum TK umum di Jepang, hanya saja dalam bobot
pelajarannya ditambahkan mata pelajaran Islam berupa aqidah, akhlak,
shirah dan Qur`an-sunnah dalam kesehariannya.
Bulan Maret-April ini Jepang mulai masuk musim semi. Tanda pergantian
tahun ajaran baru akan dimulai. Beberapa sekolah biasanya mulai
menyiapkan kelulusan ataupun penerimaan murid baru. Pun begitu dengan TK
Islam tempat saya mengajar.
Beberapa orang jundi kecil -yang hampirsebagian besarmerupakan anak-anak
muslim blasteran Jepang dan orang asing- dalam bulan ini akan lulus,
serta mulai masuk SD umum di Jepang.
Kalimat dalam judul di atas terlontar ketika saya sedang membahas
tentang acara kelulusan dengan para jundi jundilah kecil. Secara tidak
sengaja, saya mengeluarkan pertanyaan pada mereka. "Kalau nanti masuk
SD, mau tetap pakai jilbab?"
Pertanyaan yang sebetulnya saya lontarkan secara iseng. Mengingat,
selama bersekolah di TK Islam, para gadis kecil tersebut menggunakan
jilbab kecilnya yang terlihat cantik. Dan mereka tampak tak merasa
canggung dengan kibaran jilbab kecilnya ketika saya ajak main di taman
umum ataupun berjalan-jalan piknik di kebun binatang, misalnya.
Saya tak mengira kalau kesembilan gadis kecil anak didik saya serentak
menjawab, "Hijab kaburu...! (Pakai jilbab dong!)" Diiringi riuh
rendah beberapa orang yang berebut bicara sambil mengemukakan alasan
baiknya memakai jilbab. Tentu, sebagai seorang pendidik, saya merasa
bahagia bercampur bangga dengan jawaban tersebut.
Hingga kembali saya melontarkan pertanyaan yang merupakan fenomena
sangat sensitif bagi anak-anak Jepang. Pertanyaan yang berhubung dengan
kata "ijime" yang memiliki makna negatif yaitu bisa berarti
diledekin-dihina ataupun digencet, dilecehkan oleh teman-temannya.
"Hijab kaburu to tomodachi ni ijimeraretara, dou suru...?" (Kalau
pake jilbab, terus nanti diledekin teman-teman gimana?). Sejenak
suasana kelas hening. Beberapa gadis kecil nampak berpikir.
Sampai akhirnya, salah seorang gadis kecil berhidung bangir menjawab
lantang
"Ijime nante kowakunai, datte muslim da mon..."
(Diledekin sih nggak takut, Aku kan Muslim...).
Lalu masih dengan suara lantangnya, gadis tersebut berkata "Seorang
muslim hanya takut sama Allah...!" Yang kemudian mendapat sambutan riuh
rendah kembali dari teman-teman kecilnya yang sedari tadi diam sejenak,
dengan inti kalimat bernada sama. "Betul...! Setuju...! Kita ngga perlu
takut diledekin, kan ada Allah."
Kali ini, saya yang dibuat tertegun diam tak bergerak oleh jawaban
anak-anak. Dalam riuh rendah suaranya yang mungil, ada setitik air mata
bahagia bercampur bangga yang keluar dari dua bulir mata saya.
Mungkin, saya akan terus dalam suasana 'biru' jika tidak disadarkan oleh
anak-anak yang mulai memeluk saya sambil berkata "Sensei daisuki.."
(Aku sayang bu guru...). Yang kemudian saya balas dengan pelukan hangat
paling erat untuk mereka satu persatu, sambil tak lupa menggelitik
badan kecilnya, hingga mereka tertawa-tawa lucu, lalu saling menggelitik
dengan sesama temannya.
Saya memandangi mereka satu persatu. Jundi jundilah kecil dengan jiwa
dan hati masih jernih, yang sebentar lagi akan berpisah. Amanah terindah
yang telah Allah berikan untuk saya, menjadi salah seorang pendidik
bagi mereka. Ada banyak doa yang dipanjatkan untuk para anak didik saya.
Anak-anakku....
Semoga Allah selalu menjagamu tetap dalam fitrah-Nya agar berada dalam
keshalehan aqidah. Memiliki akhlak mulia yang mampu berinteraksi dengan
sesamanya, hingga makin dapat mengangkat nama baik citra Islam. Memiliki
kecerdasan emosi dan intektual yang mumpuni, hingga mampu menjadi
cendekiawan muslim terpandang. Menjadi generasi penerus yang dapat
mengibarkan bendera Islam setinggi-tingginya hingga terbentuk peradaban
Islam di seluruh penjuru bumi sakura dan dunia.
Amin ya Rabbal`alamin.
Oleh : Lisza Anggraeny
Dengan Editan seperlunya
Eramuslim.com
Wah,.. keren banget.. trus posting bang