Malam hari selepas berbuka puasa di surabaya, aku hendak bersiap untuk shalat tarawih. Tapi kurang mantap rasanya jika badan ini masih lengket dan berwangi *!*. maka aku putuskan untuk mandi sejenak, agar khusyu dalam beribadah.
Ada perbedaan sedikit dalam system khutbah tarawih di Surabaya dengan bandung. Di bandung,khutbah disampaikan sebelum shalat tarawih dilaksankan, tp di Surabaya khutbah tarawih disampaikan sebelum shalat witir.
Dalam isi khutbahnya si penceramah, aku terinspirasi atas apa yang beliau sampaikan mengenai sebuah titipan/amanah. Kemudian aku teringat cerita seorang ustadz di bandung.
Suatu hari ada seorang pemuda yang baru saja mendapat gajian pertamanya sebesar Rp.1,2juta. Saking senangnya, dia buru-buru pergi ke toilet untuk membuka amplop gajinya. Lalu dia hitung berulang-ulang uang yang dipegangnya. Setelah puas dia keluar dari toilet. Tapi sebelum keluar,dia teringat banyak terjadi pencopetan/perampokan. Hingga akhirnya dia putuskan agar amplop gajiannya ia simpan dalam saku jaket terdalam. Tak lama kemudian adzan dzuhur berkumandang. Secara otomatis pemuda ini shalat ke masjid langganan yang ada didepan kantornya. (Sekali lagi, saking senengnya.) Setelah berez shalat, ia pergi ke kantor bersama teman-temannya. Dan ia melupakan jaket yang ia simpan di tempat wudhu ketika hendak shalat.
Setelah sampai kantor ia tersadar, bahwa jaketnya tertinggal di masjid berikut uang gajiannya. Secara spontan pemuda ini berlari menuju masjid. Teman kantornya pun terheran-heran, lalu mereka berlari menyusulnya. Si pemuda mencari-cari dan bertanya-tanya barangkali ada yang melihat jaketnya yang tertinggal di tempat wudhu. Namun malang nasib si pemuda, jaket berisikan uang gajiannya tak kunjung ketemu.
Hingga akhirnya pemuda ini pasrah. Lalu ia instropeksi diri, dan mengakui kesalahan, kelalaian, serta dosa-dosa yang pernah ia perbuat. Kemudian pemuda ini berkata, “Ya Allah, Ampunilah dosa hambaMu ini. Padahal, daripada uangku hilang begini, lebih baik aku sedekahkan saja semua uang gajianku.” Temannya pun memberi semangat, “Sabar ya!”
Pemuda ini kembali termenung, lalu tiba-tiba datang seorang JAMES BON (penJAga MESjid dan keBON), dan berkata, “Mas tadi kelupaan jaket ya?”
Langsung, tanpa basa-basi, si pemuda menjawab, “Iya, iya! Ada dimana sekarang?”
JAMES BON pun berkata, “Ini mas, tadi saya simpan.”
Ia langsung ambil jaket tersebut, kemudian ia periksa amplopnya. Dan ternyata masih ada. “Alhamdulillah. Makasih ya mas!” kata si pemuda.
Dari wajah yang perlu di setrika (kusut), muram, cemberut & manyun. Berubah drastis menjadi sumringah, ceria, gigi dipamerkan, dan tak lupa berucap, “Yes!”
Namun tak lama kemudian, teman yang ada disebelahnya melebarkan senyumannya sampai terlihat gigi kuningnya. Seraya berkata, “Seorang bujang jantan yang sejati, tak pernah menjilat ludahnya sendiri.” Kening pemuda ini mulai berkerut. Ia teringat akan kata-katanya yang baru saja ia katakan tentang uangnya itu.
“Hhe.. itu kan….” Merahlah wajahnya.
Sambil bertingkah serba salah, berkatalah ia, “Tadi itu perkataan yang emosional. Lagi pula, Allah tau bagaimana keadaanku dan apa kebutuhanku. Makanya uang ini tidak hilang.”
-_-“ -_-! >,< L
Ane mengambil sebuah kesimpulan bahwa, tiap apa yang ada pada diri kita adalah sebuah titipan yang sewaktu-waktu/setiba-tiba bisa Allah cabut. Maka dari itu apapun yang ada pada diri kita adalah sebagai amanah yang perlu kita jaga dan kelola (dipertanggung jawabkan). Layaknya seorang investor yang menanamkan modalnya ke salah satu bisnisman. Jika bisnisman ini baik dalam hal pengelolaan, maka bisnisman akan mendapatkan keuntungan. Selain itu juga ia akan mendapat kepercayaan sang investor untuk menambah modalnya dalam jumlah yang lebih besar lagi.
Lalu bagaimana jika hal ini menimpa antum?
Dan apa yang akan antum lakukan terhadap titipan harta benda yang ada pada diri antum sekarang?
Comments (0)
Posting Komentar
Berikan komentar anda disini JIKA Facebook Comment System tidak bekerja sebagaimana mestinya. Pada pilihan [Beri komentar sebagai] Pilih "Name/Url" jika ingin berkomentar dengan mencantumkan nama anda.