Anisa Lia Salsabila: Katakan Cinta Sekarang

Posted by media itsar | Posted in

"Aku mencintaimu.. Tapi aku sadar ada seorang wanita lain yang juga mencintaimu dan tentunya sesekali ingin mengobrol denganmu", begitu alasannya..

Wanita itu adalah ibuku sendiri, yang telah menjanda selama 19 tahun. Bukannya aku tak ingin sering-sering menengok beliau. Persoalan klise saja, kesibukan kerja dan mengasuh tiga anak membuatku begitu sibuk sehingga hanya bisa sesekali menengok beliau. Maka kutelepon dia. Reaksinya mengejutkan..

"Ada apa ini? Apakah ada masalah? Keluargamu baik-baik saja kan?" Tanya ibu, yang memang tipe ibu yang pasti terkejut bila menerima telepon malam hari, apalagi dari putranya. Dia menduga pasti ada masalah ataupun musibah..

"Kami semua baik-baik saja. Aku cuma ingin mengajak ibu jalan-jalan, makan malam lalu nonton bioskop. Sudah lama kan kita tidakpernah jalan-jalan berdua saja," aku cepat menenangkan hatinya..

Ibuku sempat terdiam sejenak. Mungkin beliauterheran-heran mendengar tawaran jalan-jalan yang sangat di luar kebiasaan ini.


"Ibu senang sekali bisa jalan-jalan bersamam", begitu jawabannya..

Jumat malam kujemput ibuku. Aku merasa sedikit canggung. Ketika aku tiba, Ibu sudah menunggu di depan pintu mengenakan pakaiannya yang terindah. Beliau sungguh cantik. Senyumnya sumringah seperti bidadari di mataku...

"Ibu beritahu semua teman Ibu bahwa malam ini Ibu akan pergi jalan-jalan, makan malam dan nonton bioskop denganmu. Teman-teman sangat senang mendengarnya, dan sudah tak sabar mendengar cerita cerita Ibu tentang acara jalan-jalan kita ini", katanya sambil tersenyum gembira..

Kami memilih restoran yang suasananya menyenangkan, meski bukan yang termahal. Ibu memeluk lenganku dan berjalan anggun bak seorang First Lady. Kami duduk dan mulai membaca menu. Sejurus aku berhenti dan mendongkak, dan kudapati Ibu tengah memandangiku. Sebuah senyum nostalgia tersungging di bibirnya..

"Dulu, waktu kamu kecil, Ibu yang membacakan menu", katanya..

"Ya, sekarang gentian aku yang membacakannya", jawabku..

Kami mengobrol ringan tentang segala macam hal. Malamitu, dengan hati gembira, aku mengantarkannya pulang. Begitu sampai, katanya,

"Kapan-kapan, kita jalan-jalan lagi ya, tapi Ibu yang traktir."

Beberapa hari sesudahnya, ibuku wafat. Serangan jantung. Sebuah kematian yang sungguh tiba-tiba sehingga aku merasa seakan dilanda badai dan gempa di malam hari. Beberapa hari kemudian, aku menerima amplop berisi fotokopi voucher dari restoran tempat kami makan malam yang penuh kenangan itu. Voucher tersebut juga disertai dengan catatan dari ibuku yang mengatakan,

"Giliran Ibu yang mentraktirmu dan istrimu makam malam di 'restoran kita'. Ibu tidak tahu apakah Ibu masih punya waktu untuk pergi bersama kalian. Mungkin kamu tidak tahu, betapa sangat behagia berkesempatan makan malam berdua dengan putra Ibu. Ibu sayang padamu, nak".

Saat itu, aku baru menyadari betapa berartinya ucapan "Aku sayang padamu". Aku memutuskan untuk tidak menunda-nunda mengatakannya kepada keluarga dan orang-orang yang paling kucintai..

Itulah sebuah artikel yang ditulis oleh Nurah Tayeb, seorang wartawan Al Jazeerah di Doha, Qatar yang berasal dari Cape Town, Afrika Selatan dari sumber Majalah Alia.

Saudaraku....
Dari kisah diatas saya sendiri belajar tentang beberapa hal. Ibrah (pelajaran) pertama yang saya ambil adalah cinta seorang menantu pada mertuanya. Sudah sering dan banyak sekali cerita-cerita tentang ketidakharmonisan hubungan suami-istri dengan mertuanya. Entah si sang suami dengan ibu sang istri ataupun hubungan sang istri dengan ibu suaminya..tampaknya lebih banyak kisah dan cerita di poin yang kedua.. Apapun itu yang jelas, untuk saat ini, saya sendiri masih kurang tahu akar persmasalahnnya disebelah mana.. soalnya saya sendiri belum mengalaminya... hehe..^^

Padahal kalau dipikir-pikir, seseorang pria menikahi seorang wanita pasti ada alasannya.. baik karena hartanya, fisiknya (wajahnya), karena keturunannya, ataupun karena agamanya, dan sebaik-baiknya alasan adalah yang keempat yaitu agamanya. Kalaupun kita menemukan ribuan kebaikan dan akhlak yang baik, bukankah itu semua adalah berkat didikan dan pengorbanan orangtuanya selama ini?! Yang mendidik pasangan 'kita' menjadi seseorang yang luar biasa.. mendidiknya dari kecil hingga dewasa.. melalui setiap tahap pertumbuhan dan perkembangannya dari kecil dengan penuh kesabaran.. disaat yang bahagia ataupun dalam keadaan yang sulit. Selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi anaknya.. yang menjaga dan menyayanginya dari dulu hingga sekarang. Sampai sudah besar pun terkadang seorang anak merasa bahwa orangtua masih memperlakukannya seperti anak kecil.. mungkin kita saja yang sedikit angkuh dan merasa sudah besar.. sementara sampai kapan pun orangtua terutama ibu akan memandang kita sebagai anak yang dilahirkannya kemarin sore, yang masih belum tau apa-apa yang masih teledor dan masih membutuhkan seluruh perhatian dan kasih sayangnya...

Oleh karena itu, mulai dari sekarang cobalah untuk mengubah paradigma kita tentang "mertua".. ketika seseorang telah menikah, maka orangtua pasangan kita adalah orangtua kita sendiri.. kita menikahi pasangan kita dengan ribuan kebaikan dan keindahan akhlaknya siapakah yang telahperperan dibalik semua ini?? Menikahi/dinikahinya dengan segala kelebihan yang dimilikinya.. saat kita menikahi/dinikahi pasangan kita, kita hanya terima jadinya saja.. menerimanya dengan sebaik-baiknya keadaan... kita yang menikmati semua hasil jerih payah yang telah dilakukan oleh orangtuanya selama ini..hmm...

Hal ketiga yang saya pelajari adalah ketika kita telah berkeluarga atau sudah memiliki pekerjaan, seringkali lupa pada orangtua.. kita terlalu asik dengan pekerjaan saat ini.. merasa sibuk hingga seolah-olahtak punya waktu sedikitpun.. seringkali lupa terntang keadaan keluarga bahkan untuk menelepon dan menanyakan kabar ibu ataupun ayah.. dari 24 jam dari waktuyang kita miliki, rasanya sulit untuk meluangkan waktu walau hanya 5 menit saja untuk menyakan kabar atau sekedar berbasa-basi dengan ibu dan ayahnya..

Padahal yang namanya orangtua selalu berharap pada anaknya untuk memberi kabar.. terkadang, yang namanya orangtua terutama ibu rasanya ingin sekali menelepon atau mencari tahu akan kondisi anaknya, namun karena khawatir menggangu anaknya bekerja akhirnya ia urungkan niatnya untukmenelepon... nanti saja kalau sudah malam.. dan ketika sudah malam, hanya disisa-sisa energi kita tuk menjawab telepon dari orangtua.. kalau ditanya panjang lebar.. jawabannya paling tidak hanya "iya", "ngak", "udah", "belum", "iya ntar","hmmm", atau hanya jawab "Oh....". Biasanya anak lelaki-lah yang sulit mengungkapkan rasa sayang dan mengucapkan cinta pada ibu atau ayahnya.. entahlah apa mereka menganggap kalau hal itu tak perlu atau merupakan tindakan cengeng dan manja.. entahlah..

Biasanya kalau seorang ibu memiliki anak laki-laki dan sudah jauh darinya, rasa rindu dan cintanya semakin mendalam.. sebentar-sebentar ingat.. lagi makan tiba-tiba ingat, apa anaknya sudah makan atau belum.. apa anaknya sehat.. apakah ia mampu mengurus keperluannya sendiri atau tidak.. siapa yang menyucikan dan menyetrika pakaian anaknya.. karena biasanya yang menyiapkan segala keperluannya adalah ibunya... Yang akan selalu berkomentar... "Itu bajunya belum rapih!!", "Itu sepatunya udah kotor.. ya mbo dicuci..", "itu rambutnya udah gondrong gitu... ya mbo dicukur!!" celananya ya mbo ganti.. kan masih ada yang lain.." dan segudang komentar lainnya... Sedangkan ayah setiap harinya selalu menanyakan apakah istrinya sudah menelepon atau menyakan kabar anaknya.. bagaimana kondisinya.. bagaimana kesehatannya..

Sahabat... sesibuk apapun.. sejauh apapun.. atau dalam kondisi apapun.. cobalah luangkan waktu untuk duduk sebentar lalu menelepon orangtua.. mungkin saja, di setiap malamnya sebelum tidur baik ayah maupun ibuakan beranjak mengambil dan memandangi handphonenya kalau-kalau anaknya menelepon ataupun sms..

Mengingat cerita di atas tadi, ungkapkanlah kata cinta terhadap orang-orang yang kita sayangi karena Allah, bukankah Rasulullah mengajarkan kita tentang hal tersebut??? apalagi jika hal itu dilakukan terhadap orangtua kita...
Sekarang... ambillah langkahmu, temui orang yang paling kaucintai, telepon ibu ataupun ayah... sebelum penyesalan datang dan menghampirihatimu.

Wallau'alambishowab...


Suatu hari, istri meminta saya mengajak seorang wanita pergi makan malam dan menonton bioskop.

Anda juga mungkin suka tulisan ini



Widget by Hoctro | Jack Book

Comments (0)

Posting Komentar

Berikan komentar anda disini JIKA Facebook Comment System tidak bekerja sebagaimana mestinya. Pada pilihan [Beri komentar sebagai] Pilih "Name/Url" jika ingin berkomentar dengan mencantumkan nama anda.