Muhammad Fachrirozy: Tafsir Lagu Mentari

Posted by media itsar | Posted in

Ia adalah Iwan Abdul Rachman atau Abah Iwan.Ia adalah aktivis pemuda,penjelajah rimba,penggubah lagu hingga pendekar silat.Dari ilhamnya tercipta gubahan lagu perjuangan nan menggetarkan kalbu : “Mentari”.Lagu ini mengingatkan saya akan masa-masa penuh kepolosan.Masa-masa dimana jiwa saya diselimuti atmosfer aktualisasi diri yang khas.Atmosfer kemahasiswaan.Ya,kemahasiswaan tak boleh mati!

Izinkan saya menekspresikannya disini.

Semoga bukan sampah selewat.Semoga menjadi bagian dari upaya saling menyemangati.Sebab semangat itu naik dan turun.Karena kita bukan malaikat yg konstan dan konsisten tapi kita manusia yang penuh dinamika.

“Mentari..menyala disini..Disini didalam hatiku..”

Steven Covey menyebut dalam 8th habit-nya sebagai “Voice”.Sebuah panggilan yang menjadi dorongan yang menguatkan keyakinan dan menjadi “bahan bakar” dalam bergerak.Ia adalah apa yang disebut Abah Iwan sebagai “Mentari”.Karakteristik “Mentari” ini biasanya hangat dan menentramkan.Ia adalah generator yang menyemburatkan vitalitas.Ia ibarat lampu yang tak pernah padam atau mata air yang tak pernah kering.Saat jiwa mengingatnya adalah saat-saat dimana diri kita merasakan hati kita “disegel” dan terasa begitu “aman” dan “comfortable”.Bentuk melankolis dari panghayatan terhadap “Mentari” ini adalah “Romantisme Perjuangan”.

“Gemuruhnya sampai disini..Disini diurat darahku..”

Bergemuruh dan bergejolak.Itu karakteristik lain dari “Mentari”.Layaknya reactor nuklir yang dinamis dimana didalamnya unsur-unsur saling bereaksi satu sama lain.Ia siap menciptakan ledakan dan sumber daya untuk bertahan dalam jangka panjang.

“Meskipun tembok yang tinggi mengurungku..Berlapis pagar duri sekitarku..”

Dalam banyak konteks perjuangan baik dalam konteks memperjuangkan kebutuhan diri maupun kebutuhan masyarakat atau kelompok selalu akan ada resistensi yang timbul dari berbagai elemen yang terlibat.Cerita-cerita klasik mengenai penindasan dari “pemilik kekuatan yang jahat” untuk mengerangkeng,mengekang dan menindas para pejuang seakan terus menjadi “neverending story” dan harga mati bagi mereka yang menempuh jalan ini.

Pagar duri melambangkan nuansa khas pergerakan mahasiswa yang tak pernah mati.Oposisi penguasa,agen perubahan,pemilik kekuatan intelektual yang siap mengemban mandat rakyat.

“Tak satupun yang mampu..menghalangiku..menyala didalam hatiku”

Pemimpin level kelima yag digambarkan Maxwell sebagai pemimpin pemilik nilai-nilai dan respek rela menempuh jalan yang tidak popular yang dilalui common people.Ia rela memutuskan untuk bertahan dengan prinsip-prinsip kebenaran walaupun dengan menempuh kemungkinan yang paling ekstrem sekalipun.Dengan kemungkinan terburuk yang mungkin terjadi pada dirinya.

Keteguhan ini akan membuat berdecak kagum common people dan biasanya ,ketika si pemilik “Mentari” ini telah wafat dan ide-ide dan gagasan yang ia perjuangkan menampakkan hasilnya,orang-orang yan mencibirnya sewaktu di dunia berbalik mengagumi keteguhannya.

Para “Pemilik Mentari” biasanya membuat garis demarkasi yang tegas antara mana yang sifatnya hakikat dan maknawi serta mana yang palsu.Mana kebersamaan dan persaudaraan palsu,mana kemenangan dan kesenangan palsu serta mana yang sejati.

Taufiq Ismail mengekspresikannya melalui potongan syairnya “Masalah nama baik angkatan kita itu urusan sejarah..Masalah mengakkan kebenaran..itu urusan kita”.Ia mampu melihat mana yang lebih diprioritaskan antara mengucapkan yang hitam itu hitam dan yang putih itu putih atau sekedar larut dalam kesenangan kejayaan dan kebesaran nama baik kelompoknya.

“Hari ini hari milikku..juga esok masih terbentang..”

Gairah dan vitalitas yang khas ini menyemburatkan rasa percaya diri yang unik.Rasa kepemilikkan akan waktu.Ya waktu dalam kendali kita!Kita sepenuhnya memutuskan untuk menjemput takdir yang mana yang telah Tuhan siapkan untuk kita dalam waktu ini!Bahkan saking fenomenalnya sang pemilik “Mentari” menemukan “momen kepahlawanannya” sampai nampak seperti bukan dia yang memilih takdir tapi “takdirlah yang memilih dia!”

Dampak berikutnya adalah jiwa visioner.Optimisme dan gairah.Future condition menjadi landasan dalam mencanangkan visi yang “development and achievement oriented”.Menjiwai dan menghayati sepenuhnya kerja yang dilakukan pada current condition dan mempersiapkan scenario untuk esok yang masih terbentang!

“Dan Mentari kan tetap menyala..Disini diurat darahku..Disini di urat darahku”

Outro lagu ini melantun dengan indah.Para pejuang pemilik “Mentari” selalu merupakan jiwa-jiwa melankolis yang sifat melankolisnya muncul sewaktu-waktu walau ada sebagian pejuang yang terlampau melankolis.

Malcolm X mengatakan “If you stand for nothing you will fall for everything”.Para pemilik mentari adalah mereka yang yang selalu berada pada poin kemenangan walaupun mereka kalah dimata manusia,pada hakikatnya mereka selalu menang,sebab hanya mereka –mereka yang memilih berada di zona abu-abulah yang akan selalu jadi korban dari keganasan musuh.

Carilah “Mentari” untuk kau simpan dalam dadamu.Jika “Mentari” itu sudah ada, jaga lah agar nyala dan hangatnya tetap kekal sampai perpisahan terakhir dengan kehidupan dunia datang.



(Buat yang penasaran kaya gimana lagu mentari,silahkan cari filenya ke orang lain,soalnya nyari file yang bisa didownload di internet ga ketemu2..hehehe)


Anda juga mungkin suka tulisan ini



Widget by Hoctro | Jack Book

Comments (0)

Posting Komentar

Berikan komentar anda disini JIKA Facebook Comment System tidak bekerja sebagaimana mestinya. Pada pilihan [Beri komentar sebagai] Pilih "Name/Url" jika ingin berkomentar dengan mencantumkan nama anda.