Nisa Al-Banna: Peri rumah tersayang

Posted by media itsar | Posted in

Pena dalam balutan sutera berbicara ikut menyeruakkan suara hati :hati berbicara :
Perih Ya Rabb, hati tak lagi mendengar suara lembut yang selalu membangunkanku saat tidur. tak lagi aku mendengar suara yang selalu menasihati disaat aku berbuat salah.

tak lagi aku mendengar suara merdu yang membacakan dongeng dan mengelus"ku saat aku hendak tidur.
tak lagi aku mendengar gelak tawa yang membahana di seantero rumah

tak lagi aku mencium wangi masakkan di dapur yang sedapnya tiada banding dengan wangi masakkan dirumah peri" yang lain.

keman peri rumah itu kini?
kemana?
kemana?
aku begitu merindukannya..
sangat rindu

kemana peri yang selalu menemani hidupku?
peri yang selalu menyayangiku

ingin sekali aku menumpahkan air mata inidan membiarkannya jatuh mengaliri wajahkuku
ingin sekali aku menumpahkan kekesalan ini
tapi aku harus menyeka air mata ini
aku tidak mau membuat mereka bersedih

ingin sekali aku merebahkan diri dipadang rumput yang luas
dan menatap langit yang biru
ingin sekali pada saat itu aku bercerita pada angin
yang datang menghampiri
tapi angin itu diam seribu bahasa

ingin sekali aku berbicara pada langit
tapi langit tak bisa mendengar

biarkanlah hanya aku yang merasakan kesakitan ini
aku tak mau melihat hati peri itu terluka dan menangis karenaku

aku kan bertaham meski takkan mungkin. aku kan tersenyum, walau semu

walau semu....


Anda juga mungkin suka tulisan ini



Widget by Hoctro | Jack Book

Comments (0)

Posting Komentar

Berikan komentar anda disini JIKA Facebook Comment System tidak bekerja sebagaimana mestinya. Pada pilihan [Beri komentar sebagai] Pilih "Name/Url" jika ingin berkomentar dengan mencantumkan nama anda.