Ghazi Azhari Daffa Az-zharif: Biar Idul Fitri Nyunahnya Kerasa

Posted by media itsar | Posted in

Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh!!
Sahabat2! Selamat menunaikan ibadah shaum yaaa!!! (Udah lewat ghaz.. (-_-) )

Kalem dulu! Suudzan amat sih, maksudnya, shaum syawal! Jangan ketinggalan juga tuh shaum. Soalnya keutamaannya banyak! beneran deh sumpeh. Tapi brad, afwan sorry kita ngga akan bahas keutamaan shaum syawal di sini. Jadiwayahna brader sister kudu cari sendiri keutamaan shaum syawal yah, (Hayoooo, lagi liburan gini jangan males buka buku hadist ya!)

Nah, di notes Ghazi kali ini, insya Allah, kita bakal ngebahas tentang idul fitri beserta sunnah-sunnah yang tertera di dalamnya dan tentunya yang sangat dianjurkan untuk kita lakukan, dibeberkeun tah kabeh sunnahnya di bawah. Jadi jangan ketinggalan satu pun ya! ada 8 poin nih akang teteh, langsung aja kita USM yuu!! eh maksudnya, kita SIMAK yuuu!!

(Garing saat masuk syawal tidak dianjurkan dalam agama)


*Hadist-hadist yang tertera di bawah, telah diusahakan diambil yang shahihnya, dan syarahnya juga insya Allah tidak keliru.


***

Brad, ngidul fitri….
“Idul fitri adalah,” sabda Thaariq BN dalam smsnya “adalah hari dimana biasanya identik dengan mudik, macet, kecelakaan lalu lintas, pos polisi, naiknya harga sembako, ketupat, opor, baju baru, uang THR, microphone masjid dengan takbirannya, dsb”
(sunnahnya belah mana nih?)

Tapi, untuk pembahasan idul fitri, mending kita ambil dalil yang agak sehat aja kali yah,
Dari sisi bahasa, Ied artinya, “sesuatu yang kembali” . Maksud gampangnya, yaitu hari yang akan selalu berulang di tiap tahunnya. Kaum muslimin biasanya menyambut nih hari dengan suka cita. Tapi gak sedikit juga orang yang menyambut kepergian Ramadhan ini dengan banyak memberi rezeki kepada tukan tisyu –menangis dan bersedih :red–.

Nah, selama sebulan kemarin (ramadhan) kita dilatih jiwa dan fisiknya dengan pelatihan yang langsung dari Allah swt. Sekarang tinggal pembuktian, di bulan Syawal dan setelahnya, apakah ada secercah efek atau timbal balik pelatihan yang Allah berikan kepada kita berupa ketaatan dan ketaqwaan yang semakin matang?

Sedikit bekal untuk langkah awal perjalanan kita, di hari pertama bulan syawal setelah Ramadhan ini. Sebelum nanti kite pade bakal menjalani 11 bulan lainnya dengan jiwa yang lebih matang (insya Allah). Kita harus meneguhkan langkah pertama dulu nih di hari pertama. Karena langkah ke sejuta gakkan tercapai tanpa adanya langkah pertama, dan apabila langkah pertama udah letoy tak bermakna, maka siap-siaplah,  kita harus bersedia untuk jatuh tertimpa tangga, kecebur sungai kota, dikejar buaya, hingga kecapean teu walakaya.

Here we go!!! 8 (DELAPAN) poin, kesuksesan di hari raya Iedul Fitri!


1.       Shalat ied hukumnya wajib
    Mungkin sahabat banyak yang gak tau nih hukum shalat ied yang ini, tapi hukum ini udah pada terkenal di antara para alim ulama. Bukan Ghazi yang memfatwakan yah! Karena kalo kita memfatwa, mentafsir tanpa ilmu, berarti kita udah menyiapkan satu bangku di salah satu fakultas di neraka. (Hiii, naudzubillah). Nah, para Ulama yang menyepakati shalat ied wajib adalah : Imam Ahmad, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Ash Shan'ani, Asy Syaukani, Syaikh AI Albani dan Syaikh Ibnu 'Utsaimin. (Silahkan liat di Majmu' Fatawa 24/179-183 dan Subulus Salam II/141)

    Salah satu dalil yang bisa menguatkan mungkin ini nih.
    Rasulullah telah memerintahkan wanita haidh dan gadis dalam pingitan untuk keluar menghadirinya. Padahal, untuk shalat-shalat wajib lainnya -seperti shalat Jum'at- beliau mengatakan, "Shalat di rumah lebih balk bagi mereka."

    Bahkan diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib bahwa beliau mewakilkan kepada seseorang untuk mengimami shalat 'Ied di masjid bagi yang tidak sanggup datang ke lapangan.

    (untuk dalil ini dapetnya dari artikel Abu Ihsan Al-Atsari, dalam bentuk kalimat bukan hadist, nah riwayatnya kebeneran gak beliau cantumkan, jadi gak usah dijadikan dalil yang dipakai juga saya tidak keberatan)
    Makanya, hadirilah shalat ied di lapangan. Kan cuma setaun sekali, masa ngga sih? Lagipula ini menguatkan syiar Islam juga kan, kita berbondong-bondong dating ke lapangan.


    2.      Mandi dan berhias sebelum pergi shalat
      Ibnu Ishaq berkata, aku bertanya kepada Nafi ,"Bagaimanakah yang dilakukan oleh Ibnu Umar pada hari 'led?' Ia menjawab, "Beliau menghadiri shalat Subuh berjama'ah bersama imam. Kemudian, pulang ke rumah. Lalu beliau mandi, sebagaimana mandi junub, lalu mengenakan pakaian yang paling bagus yang dimilikinya, lalu memakai parfum yang beliau miliki. Kemudian keluar menuju lapangan tempat pelaksanaan shalat 'Ied. Beliau duduk menunggu imam. Apabila imam telah datang, beliau shalat bersamanya. Kemudian beliau kembali dan mendatangi masjid Nabawi, lalu shalat dua raka'at. Setelah itu, beliau pulang ke rumah." (Atsar yang diriwayatkan ama Al-Harits)

      Nah, matakna, nu sok darandan… buktikan, dandanan sekarang harus yang paling mantep!
      (Yang akhwat, hati-hati yah, jangan berlebihan tetep akhwat mah. Simple aja, yang penting tetep amis, ohokhokhok)


      3.      Makan sebelum pergi shalat
        “Rasulullah tidak berangkat shalat pada hari 'Ied, hingga beliau
        'makan beberapa buah kurma.”(HR. Bukhari)
                    Nah, kalau mau nyunnah banget, makan kurma deh. Dan makannya ganjil yah inget! Karena Allah itu ganjil, dan mencintai yang ganjil. Hehehe…
                    Jadi kalau mau makan kurma, jangan 136 biji, cukup 135 biji aja, takutnya kekenyangan.


        4.     Ajak keluarga ama kaum wanita untuk shalat/menghadiri
          Rasulullah telah memerintahkan para wanita untuk keluar menghadiri shalat 'Ied. Ummu Athiyyah berkata, “Kami diperintahkan -yakni oleh Nabi - agar membawa serta para gadis yang sudah baligh dan gadis-gadis yang berada dalam pingitan padahari 'Ied. Sehingga mereka bisa menyaksikan jama'ah kaum muslimin dan do'a mereka. Dan wanita yang sedang haidh menjauhi tempat shalat.” (HR Bukhari, dan ada riwayat lain yang intinya gak beda jauh diriwayatkan ama imam Muslim)

          Nah, bahkan wanita yang haidh pun kalo bisa datang ya! cuma jangan ikut shalat, dengarkan ceramahnya dan dakwahnya. Juga jangan ngerumpi di belakang, (yaudah di depan aja atuh! “apalagi!”)

          Supaya apa sih harus pada dateng? Kata Nabi saw "Agar mereka
          dapat menyaksikan kebaikan dan dakwah kaum muslimin."

                      Tuh, jadi para ikhwan! Bawa istri-istrinya ya! (Keliatan jamak yah, diganti deh.. )
                      Tuh jadi para ikhwan! Bawa satu set istrinya ya! (Nah, yang ini ada kata satunya, jadi keliatan tunggal) Karena disunnahkan lho!!

             
          5.      Jalan kaki menuju tempat shalat
            Abu Bakar Hafsh bin Umar bin Sa'ad berkata, "Kami keluar bersama Abdullah bin Umar pada hari 'Iedul Adha atau 'Iedul Fitri. Dia keluar berjalan kaki hingga sampai ke tanah lapang tempat pelaksanaan shalat 'Ied. Dia duduk menunggu imam datang, kemudian shalat bersama imam, kemudian beliau pulang." (HR Tirmidzi)

            Yang ini mah, ngirit ongkir juga brad, iya ngga? Sayang kan, duit THR dipake buat bensin, mending buat disedekahin ke anak yatim, iye ngga bray?

            “Diriwayatkan pula dari All bin Abi Thalib, bahwa beliau berkata, Termasuk sunnah, yaitu engkau berjalan kaki menuju tempat shalat 'Ied dan memakan sesuatu sebelum berangkat.” (HR Tirmidzi dan Ibnu Majjah)


            6.     Mengumandangkan takbir
              Imam Syu'bah bertanya kepada Al Hakam'dan Hammad, "Apakah aku bertakbir saat keluar menuju tempat shalat?" Mereka berdua menjawab,"Ya." (Atsar Shahih, riwayat Ibnu Abi Syaibah)

              Al Faryabi meriwayatkan dari Abdullah bin Umar bahwa beliau mengeraskan suara takbir pada hari raya 'Iedul Fitri saat berangkat ke tempat shalat, hingga imam keluar dan beliau mengikuti takbirnya. (Atsar shahih diambil dari Ahkamul 'Iedain no. 53)

              Nah, sahabat adapun text-text takbir yang dipake ama sahabat adalah demikian nih, (atsar dibawah ini shahih yaa…!)
              Abdullah bin Abbas:
              “Allahu Akbar kabira, Allahu Akbar kabira, Allahu Akbar wa aJalla, Allahu Akbar walillahil hamd.” (Atsar Riwayat Ibnu Abi Syaibah)
              Salman Al Farisi:  
              “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar kabira.” (Atsar riwayat Al-Baihaqi)
              dari Ibrahim An Nakha'i, ia berkata,
              "Mereka bertakbir pada had 'Arafah. Diantara mereka ada yang menghadap kiblat setelah selesai shalat sambil mengucapkan: “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa ilaha illallahu, Wallahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd.” (Atsar Riwayat Ibnu Abi Syaibah)

              (udah bener belum bacaan kita nih?? ;) )



              7.      Berangkat dari satu jalan dan pulang dari jalan yang lain
                “dari Jabir, ia berkata, Bahwasanya Rasulullah SAW pada hari 'Ied mengambil jalan lain, selain jalan yang dilalui sewaktu berangkat.” (HR Bukhari)

                Nah, sekalian refreshing juga nih, ambil jalan lain yang berbeda dari jalan pas kita pergi. Tapi selain itu, mungkin sahabat juga nanya, “Ari hikmahnya apa?”

                            Nah, kata ulama-ulama banyak berpendapat bahwa, hikmahnya ada yang supaya jin dan manusia yang ada di dua jalan tersebut dapat menyaksikannya. Ada juga yang berpendapat supaya bersilaturahim dengan orang yang berbeda. Tapi kayaknya yang paling cokpis, yang dikatakan ama  Syaikh Muhammad bin Shalih Utsaimin deh.

                Katanya, “Hikmahnya ialah mutaba'atus Sunnah (mengikuti sunnah) Rasulul-lah."Asiiik… keren gak tuh..


                Dan terakhir…!

                8.      Mengucapkan Selamat!
                  Ternyata boleh lho, kita mengucapkan selamat pada saat hari raya idul Fitri! Mau dalil penguatnya? Oke lah..
                  “diriwayatkan dari sebagian sahabat dan tabi'in, seperti Abu Umamah Al Bahili dan lainnya. Mereka mengucapkan: Taqabballahu minna wa minkum. (Artinya, semoga Allah menerima amalan kita semua).”

                  Cuma, kalo bisa bacaannya jangan yang macem-macem dan belum jelas dalilnya. Nah, atsar yang jelas ngucapin “Taqabballahu minna wa minkum. (Artinya, semoga Allah menerima amalan kita semua)”
                  Atau ada juga ucapan lain yaitu, “Ghafara lahu wa laka" (semoga Allah mengampuni kita semua)

                  Ini cok, dalilnya…
                  Imam Malik pernah ditanya, "Makruhkah hukumnya seseorang mengucapkan kepada saudaranya saat kembali dari shalat 'Ied "Taqabballahu minna wa minkum"atau "Ghafara lahu wa laka" (semoga Allah mengampuni kita semua), lalu saudaranya membalasnya seperti yang diucapkannya?"
                  Beliau menjawab, "Tidak makruh." Yakni boleh. (Al Muntaqa I/322.)

                  Nah, itulah… Kalo sahabat mau ngucapin selamet, mending pake kalimat itu aja. Udah jelas kan dalilnya, iye gak??
                  Bagus lagi kalimatnya, “Ghafaralahu wa laka (semoga Allah mengampuni kita semua)”. Kita minta ampun bareng kepada Allah. Kan kalo kita berdosa, tanggungan paling tingginya dengan Allah kan setelah sesama manusia,
                  Bukan malah, kita dengan seenaknya ngomong,
                  “Heh, Tor, udah deh, gue maapin segala kesalahan antum.”
                  (emang diri kita sendiri sudah patut untuk dimaafkan?)


                  Ghazi Azhari S
                  Bandung, 10 September 2010 (00:01) (angka cantik Bro!)

                  Anda juga mungkin suka tulisan ini



                  Widget by Hoctro | Jack Book

                  Comments (0)

                  Posting Komentar

                  Berikan komentar anda disini JIKA Facebook Comment System tidak bekerja sebagaimana mestinya. Pada pilihan [Beri komentar sebagai] Pilih "Name/Url" jika ingin berkomentar dengan mencantumkan nama anda.