Ghazi Azhari Daffa Az-zharif: Kenapa Harus Sabar

Posted by media itsar | Posted in

Jika ada dua puluh orang yang sabar di antara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang (yang sabar) di antara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan seribu orang kafir, karena orang-orang kafir itu adalah kaum yang tidak mengerti. (Al-Anfaal : 65)

Bangunan keberanian itu sama sekali nggak akan berdiri sempurna, tanpa ditopang dengan kuat kokohnya tiang kesabaran. Mungkin itu ungkapan yang tepat untuk diberikan kepada sahabat yang mengaku dirinya sebagai pemberani. Kenapa? Karena kesabaranlah yang menentukan seberapa lama keberanian tetap hinggap di hati kita sebelum berganti dengan kecemasan yang mengusir keberanian dari tempat singgahnya semula.

Kalaulah keberanian itu berpajak, maka pajaknya udah tentu adalah risiko. Maka kesabaranlah yang menjadi tolok ukur, seberapa kuatkah kita menanggung risiko di kedua pundak kita yang boleh jadi udah lelah merunduk tetapi ditopang kesabaran yang membuat rasa kuat dan semangat kembali teraduk.

Kesabaranlah yang menjadikan suplemen daya tahan psikologi penentu kuat atau nggaknya kita ngebawa beban hidup kita, seberapa lama kita tetap berani, seberapa lama kita tetap survive dari tekanan hidup yang terus menghujani api keberanian kita. Kabar gembiranya buat sahabat, bahwa orang-orang hebat, pahlawan, sampe bintang lapang selalu hadir di tengah-tengah tekanan yang deras melanda. Di saat orang lain bermuram durja, orang hebat melejit menjadi orang paling berjasa. Dan kunci dari itu semua cuma satu. Keberanian disempurnakan kesabaran yang bersatu padu.

Sahabat boleh mengakui, bahwa setiap kesabaran itu pahit. Maka tak heran bahwa Rasulullah SAW. mencoba menghibur kita dengan perkataannya :“Sesungguhnya kesabaran itu hanya pada benturan pertama.” (HR Bukhari dan Muslim)
Jadi pahitnya kesabaran itu hanya pada awalnya saja. Kesananya menjadi sesuatu yang bisa kita nikmati. Pahitnya kesabaran itu hanya pada benturan pertama saja. Kesananya menjadi perisai kekebalan atas benturan kedua, ketiga dan selanjutnya.

Dari pemaparan itu semua, tentu termasuk orang yang merugi kita kalau sampai sekarang masih banyak berpikir untuk bersabar. Sabar itu tak ada batasnya, yang ada batasnya hanyalah menanti. Sedang menanti berbeda dengan bersabar. Haruslah kita terus berusaha untuk bersabar bahkan hingga seperti yang dikatakan oleh Ibnul Qayyim al-Jauzi
“Sampai akhirnya kesabaran itu sendiri yang gagal mengejar kesabarannya.”


Ghazi Azhari S
Bandung, 5 Oktober 2010 (20:27)

Anda juga mungkin suka tulisan ini



Widget by Hoctro | Jack Book

Comments (0)

Posting Komentar

Berikan komentar anda disini JIKA Facebook Comment System tidak bekerja sebagaimana mestinya. Pada pilihan [Beri komentar sebagai] Pilih "Name/Url" jika ingin berkomentar dengan mencantumkan nama anda.